Friday, February 20, 2015

Gusdur

Standard
   BIODATA DAN PRESTASI ABDURRAHMAN WAHID   
   BIODATA PRESTASI ABDURRAHMAN WAHID   

K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 
Presiden ke-4 RI


Nama Lengkap : K.H. Abdurrahman Wahid
Nama lain: Gus Dur
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jombang | Jawa Timur | Indonesia
Tanggal Lahir : Minggu | 4 Agustus 1940
Zodiak : Leo
Wafat : Jakarta | 30 Desember 2009 (69 Tahun)
Istri : Sinta Nuriyah
Anak : Alissa Qotrunnada | Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid | Anita Hayatunnufus | Inayah Wulandari
Ayah : K.H. Wahid Hasyim
Ibu : Ny. Hj. Sholehah
Saudara : Salahuddin Wahid
Warga Negara : Indonesia

(Beberapa) Prestasi Gusdur
Berbicara tentang KH Abdurrahman Wahid atau Gusdur tidak akan habisnya karena beliau adalah sosok guru bangsa yang patut di contoh oleh semua golongan masyarakat. Gusdur merupakan Presiden RI ke-4, yang diangkat pada tanggal 20 Oktober 1999 dan dilengserkan 23 Juli 2001. Walaupun beliau menjabat Presiden kurang dari 2 tahun tetapi Gusdur menorehkan prestasi yang luar biasa; diantaranya , pemisahan institusi TNI dan Polri, perayaan Imlek melalui Keppres RI no.6/2000 yang berisi pencabutan terhadap memarginalkan etnis Tionghoa di segala bidang serta membentuk Tim Gabungan Pembrantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) melalui PP no.19 Tahun 2000 yang merupakan cikal bakal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Gusdur dilahirkan di Jombang 7 September 1940 dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Solichah. Ayah Gusdur, KH Wahid Hasyim terlibat dalam tim 9 panitia BPUPKI dan menjadi menteri Agama pertama tahun 1949. Kakek Gusdur, KH Hasyim Asy’ari merupakan Pendiri NU serta yang memprakarsai Resolusi Jihad NU.
Pendidikan Gusdur saat SMP ditempuh di Yogyakarta serta ngaji di pondok Krapyak lalu pindah ke Magelang di Ponpes Tegalrejo. Beliau yang merupakan keturunan orang hebat , Gusdur menempuh pendidikan pesantren dalam waktu 2 tahun. Sehingga pada tahun 1963 Gusdur mendapat beasiswa untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir.
Saat di Mesir Beliau terlibat dengan Asosiasi pelajar Indonesia serta menjadi jurnalis diasosiasi tersebut. Kemudian Gusdur meneruskan di Universitas Bagdad Iraq.
Singkat cerita , pada tanggal 23 Juli 1998 di jalan Warung sila Ciganjur Jaksel yang merupakan rumah Gusdur digelar Deklarasi berdirinya Partai Kebangkitan Bangsa. Dan , Gusdur menjadi salah satu dari 5 orang Deklarator. 4 orang lainnya yaitu, KH Munasir Allahilham, KH Ilyas Ruchat, KH Muchid Muzadi dan KH A Mustofa Bisri.
Dengan berdirinya PKB , warga NU mempunyai apresiasi politik yang selama ini dikekang oleh Orde Baru. Jadi sudah tepat kalau Gusdur merupakan Guru Bangsa yang patut diteladani. Pada tanggal 30 Desember 2009, Beliau wafat dan Bangsa Indonesia kehilangan sosok guru bangsa. Kita sebagai bangsa Indonesia harus meneruskan perjuangan Beliau.

Testimonial :

KH. Mustofa Bisri (Gus Mus)
Menurut saya, Gus Dur itu diutus Tuhan, untuk mengajarkan Indonesia agar pandai berbeda dengan yang lain. Karena itu, Gus Dur sangat kontroversial, setiap sikap dan ucapannya menimbulkan kontoroversi. Dengan begitu, orang Indonesia akan belajar bagaimana berbeda dengan orang lain. Itu sebetulnya hakikat kehadiran Gus Dur di Indonesia.
Kemudian, kita akan menjadi Negara yang betul-betul demokratis, karena saling menghargai pendapat orang lain. Kita Negara yang sangat plural, sangat majemuk. Kita mempunyai slogan Bhinneka Tunggal Ika, dan itu akhir-akhir ini seperti sedang mendapatkan tantangan orang-orang yang tidak bisa berbeda dengan saudara-saudaranya. Gus Dur sangat berperan, sangat berjasa dan banyak. Mungkin nanti, pengikut-pengikutnya yang bertanggung jawab untuk meneruskan perjuangannya.
Saya rasa ia patut menjadi pahlawan nasional. Banyak hal-hal darinya yang perlu diteladani dan harus diturun-temurunkan kepada generasi muda. Misalnya apa dibuat buku tentang pemikiran-pemikirannya, biografinya dan sebagainya.
Viryanadi Mahatera
Gus Dur itu salah satu tokoh yang benar-benar universal. Selama ini Gus Dur seringkali hadir ditengah-tengah kami. Setiap kali ada even-even besar, seperti seminar, talkshow dalam konteks pluralisme, dan lain-lain. Dan apa yang disampaikan; pesan, petunjuk-petunjuk, nasihat-nasihat, ini membawa kemajuan bagi khususnya umat budha. Gus Dur adalah penasehat kami.
Soesilo Bambang Yudhoyono (Petikan pidato dalam penutupan upacara kenegaraan di Ponpes Tebuireng)
Sebagai pejuang reformasi, almarhum telah mengajari kita kepada gagasan-gagasan universal mengenai pentingnya kita sebagai bangsa yang beragam ini menghormati dan menghargai keadilan. Melalui ucapan, sifat, dan perbuatannya, Gus Dur mengobarkan sekaligus melembagakan penghormatan kita kepada kemajemukan dan identitas yang tercampur dari perbedaan agama, kepercayaan, etnis, dan kedaerahan. Disadari atau tidak, sesungguhnya ia adalah bapak pluralisme dari multikularisme di Indonesia.

Penghargaan
Pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori Community Leadership.
Wahid dinobatkan sebagai "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai kawasanPecinan pada tanggal 10 Maret 2004.
Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiesenthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan Hak Asasi Manusia. Wahid mendapat penghargaan tersebut karena menurut mereka ia merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM. Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas, salah satunya dalam membela umat beragama Konghucu di Indonesia dalam memperoleh hak-haknya yang sempat terpasung selama era orde baru. Wahid juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple. Namanya diabadikan sebagai nama kelompok studiAbdurrahman Wahid Chair of Islamic Study. Pada 21 Juli 2010, meskipun telah meninggal, ia memperoleh Lifetime Achievement Award dalam Liputan 6 Awards 2010. Penghargaan ini diserahkan langsung kepada Sinta Nuriyah, istri Gus Dur.
Tasrif Award-AJI
Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur dan Gadis dipilih oleh dewan juri yang terdiri dari budayawan Butet Kertaradjasa, pemimpin redaksi The Jakarta Post Endy Bayuni, dan Ketua Komisi Nasional Perempuan Chandra Kirana. Mereka berhasil menyisihkan 23 kandidat lain. Penghargaan Tasrif Award bagi Gus Dur menuai protes dari para wartawan yang hadir dalam acara jumpa pers itu. Seorang wartawan mengatakan bahwa hanya karena upaya Gus Dur menentang RUU Anti Pornoaksi dan Pornografi, ia menerima penghargaan tersebut. Sementara wartawan lain seperti Ati Nurbaiti, mantan Ketua Umum AJI Indonesia dan wartawan The Jakarta Post membantah dan mempertanyakan hubungan perjuangan Wahid menentang RUU APP dengan kebebasan pers.
Doktor kehormatan
Gus Dur juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lembaga pendidikan:
Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand (2000)
Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Perancis (2000)
Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand (2000)
Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda (2000) 
Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India (2000)
Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang (2002)
Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel (2003)
Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan (2003)

Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)



0 comments:

Post a Comment